iklan 2

CERPEN #curahan hati 3


Kamar Rasya, 15.50
“Tan, si dia bakal pulang tanggal 10 bulan ini nih katanya”celetuk Rasya yang membuat Tania sedikit menghentikan pekerjaan menulisnya. “Eh, dia? Maksud kamu?”selidik Tania. “kamu jangan pura-pura lupa sama ‘si dia’ nya kamu deh”sewot Rasya.  “ohh, dia. Iya aku tahu. Memang darimana kamu tahu kalau dia bakal pulang tanggal 10 nanti?” dengan nada ketus Tania menanggapi sahabatnya itu. Wajahnya diusahakannya untuk tetap calm walaupun di dalam, hatinya sedang berdansa ria. “kalau benar dia akan pulang tanggal 10, tinggal menghitung hari saja buatku untuk bisa bertemu dengannya” bisiknya dalam hati. Tania tidak menyadari bahwa dirinya sempat menghentikan menulisnya dan memperlihatkan kepada sahabatnya yang daritadi mengamati tingkahnya kalau dia sedang melamunkan sesuatu. Tentu saja   “kok kamu jadi kepo binggo getoh?” Rasya malah meledek Tania.

Kamar Tania, 22.30
Tania bingung, entah harus bahagia atau sedih. Entah harus menyambut atau menghindar. Itu yang dipikirkannya sampai-sampai dia belum tidur selarut ini.
Angan-angan masa lalunya, gambaran saat masih bersamanya muncul kembali. Seolah sedang memutar kembali film FTV dari pemutar DVD. Masing-masing hati dan pikiran memberikan pendapatnya sendiri. Harus kalian ketahui, seorang “dia”. Yang selalu istimewa bagi Tania.
”dia”
Satu-satunya orang yang dapat membuat Tania nyaman saat bertukar cerita. Disaat bercerita sulit dilakukan bagi seorang pendiam seperti Tania
Satu-satunya orang yang dapat membuat Tania tertawa, saat bersamanya atau sendiri
Satu-satunya orang yang menemani nonton acara kesukaan Tania hingga larut malam lewat kehadiran sms-smsnya
Satu-satunya orang yang dapat membuat Tania tidur sambil memegang hp menunggu sms nya jika sudah pukul 22.00
Satu-satunya orang yang membuat Tania senyum-senyum sendiri membaca sms manjanya itu.
Satu-satunya orang yang membuat Tania berpikir seperti apakah hubungan kita ini?
Tania sepertinya rindu saat-saat seperti itu, membaca  sms-sms nya, mendengar suaranya di ujung telepon, adu cepat mengerjakan soal.
Tapi hati Tania mengatakan ‘tidak’
Tidak saat “dia” menuduh Tania sebagai penyebar gosip. Sakit. Memangnya perempuan seperti apakah Tania menyebar gosip itu (sebenarnya bukan gosip, memang benar kenyataannya)
Walaupun Tania berusaha menjelaskannya , sepertinya penjelasan Tania tidak mengurangi pandangan buruk “dia” terhadap Tania. Itulah yang menyebabkan hubungan mereka renggang, jauh dan semakin menjauh. Begitu saja.
Entah kenapa di saat seperti ini, hati dan pikiran bagai musuh yang saling tidak mau mengalah. Tania semakin memikirkan tetapi Tania semakin bingung. Sekarang. Beranikah Tania bertemu dengannya? Tepatnya mungkin bukan berani.
Masih berharapkah Tania bertemu dengan “dia”? sepertinya membayangkan wajahnya saja Tania pun enggan
Apa yang harus dilakukan Tania ?

(lebih banyak diangkat dari kisah nyata penulis)

Comments

Activities