FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROGRAM KB
ASPEK
SOSIAL BUDAYA DALAM KB
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PROGRAM KB
Disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi

KELOMPOK
1
Nama
Anggota :
Ai
Novita P2.06.20.1.13.
Depid
Ishadi P2.06.20.1.13.
Heni
Subekti P2.06.20.1.13.094
Isna
Pebriani P2.06.20.1.13.
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
2014
A. Sejarah
Keluarga Berencana
Gerakan
Keluarga Berencana yang kita kenal sekarang ini bermula dari kepeloporan
beberapa orang tokoh, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada awal abad ke
19, di Inggris, upaya keluarga berencana mula – mula timbul atas prakarsa
sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria
Stopes (1880-1950) menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di
Inggris. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger (1883-1966) yang dengan
program birth controlnya merupakan pelopor Keluarga Berencana Modern. Pada 1917
didirikan National Birth Control League dan pada Nopember 1921 diadakan
American National Birth Control Conference yang pertama. Salah satu hasil
konferensi tersebut adalah pendirian American Birth Control League dengan
Margareth Sanger sebagai ketuanya. Pada 1925 ia mengorganisasi Konferensi
Internasional di New York yang menghasilkan pembentukan International Federation
of Birth Control League. Selanjutnya pada 1927 Margareth Sanger
menyelenggarakan World Population Conference di Jenewa yang melahirkan
International Women for Scientific Study on Population dan International
Medical Group for the Investigation of Contraception. Pada 1948 Margareth
Sanger ikut mempelopori pembentukan International Committee on Planned
Paranthood yang dalam konferensinya di New Delhi pada 1952 meresmikan
berdirinya International Planned Parenthood Federation (IPPF). Federasi ini
memilih Margareth Sanger dan Rama Ran dari India sebagai pimpinannya. Sejak
saat itu berdirilah perkumpulan – perkumpulan Keluarga Berencana di seluruh
dunia, termasuk di Indonesia yang mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI).
B. Aspek
Sosial Dalam Pemasyarakatan Program KB
1. Program KB Sebagai Inovasi SosiaL
Pemasyarakatan
ide keluarga berencana adalah suatu proses. Karena pada dasarnya, Program KB
adalah suatu benda inovasi sosial dalam bidang kependudukan. Sebelum melakukan
usaha-usaha pemasyarakatan program KB, perlu dipahami beberapa nilai lama dalam
bidang kependudukan khususnya masyarakat yang tinggal dipedesaan.
Nilai-nilai
lama tersebut antara lain, adanya anggapan bahwa anak adalah jaminan hari tua. Khususnya
dalam masyarakat agraris, anak tidak hanya sebagai penurus keturunan. Bagi
masyarakat desa dan sebagian besar masyarakat kota pembicaraan terbuka mangenai
seksualitas adalah sesuatu yang tabu. Kedudukan anak laki-laki sebagai faktor
penerus keturunan masih amat dominan. Adanya pola pikir masyarakat yang kurang
sehat tentang makna keturunan.
2. Bentuk-Bentuk Komunikasi KB
Dengan
memahami program KB sebagai salah satu bentuk inovasi sosial, maka dapat
dimengerti bahwa sebenarnya salah satu kunci keberhasilan para petugas KB adalah
penguasaan terhadap komunikasi sosial.
Komunikasi
sosial adalah komunikasi yang terjadi antara individu-individu dalam
masyarakat,antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan
kelompok.
Suatu
proses komunikasi yang efektif,di butuhkan 5 komponen pokok antara lain:
a.
Komponen komunikator
b.
Komponen pesan
c.
Komponen media
d.
Komponen komunikan
e.
Komponen effek
Komunikasi
personal yang dapat menolong para Bidan dalam usahanya mempengaruhi masyarakat
untuk mengikuti program KB, yaitu:
-Kunjungan rumah
para Bidan
-Melibatkan para tokoh masyarakat
-Melibatkan dukun kampung
-Melibatkan akseptor KB
C. Aspek Penilaian Etika Moral Dalam Pelaksanaan KB
Dalam
praktek secara operasional di lapangan,tidak jarang bahwa para Bidan di
hadapkan dengan masalah yang menyangkut KB,yang harus diputuskan atas dasar
pertimbangan etika dan moral.
Dari
sekian pendapat yang di ajukan oleh pasien,dapat diambil beberapa kesimpulan
yang amat berharga bagi para tenaga Bidan yang menangani masalah KB.
Bidan
perlu menghormati hati nurani suami istri
Bidan
perlu semakin memanusiakan diri sendiri
Bidan
harus setia pada suara hatinya sendiri
Bidan
berpegang pada tujuan KB yang baik ]
Bidan
berpedoman pada perbuatan lahirlah KB yang baik
1. Sosial
ekonomi
Tinggi
rendahnya status social dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia akan
mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di
Indonesia. Kemajuan program KB tidak
bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan erat dengan
kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh : keluarga
dengan penghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB dari
pada keluarga yang tidak mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan
merupakan kebutuhan pokok.
Dengan
suksesnya program KB maka
perekonomian suatau negara akan lebih baik karena dengan anggota keluarga yang
sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin.
2. Budaya
Sejumlah
faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi.
Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai berbagai
metode, kepercayaan religius, serta budaya, tingkat pendidikan persepsi
mengenai resiko kehamilan dan
status wanita., Penyedia layanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor
tersebut mempengaruhi pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau
perubahan –perubahan yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode.
3. Pendidikan
Tingkat
pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana
tetapi juga pemilihan suatu metode. Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa
metode kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan.
Dihipotesiskan bahwa wanita yang berpendidikan menginginkan keluarga berencana
yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait dengan
sebagai metode kontrasepsi.
4. Agama
Di
berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam memilih
metode. Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan
kontrasepsi mereka pada KB alami.
Sebagai pemimpin islam pengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan sebagian
lainnya mengijinkan. Walaupun agama islam tidak melarang metode kontrasepsi
secara umum, para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan
yang tidak teratur yang disebabkan sebagian metode hormonal akan sangat
menyulitkan mereka selama haid mereka dilarang bersembahyang. Di sebagaian
masyarakat, wanita hindu dilarang mempersiapkan makanan selama haid sehingga
pola haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah.
5. Status
wanita
Status
wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan mereka memperoleh dan
menggunakan berbagai metode kontrasepsi. Di daerah daerah yang status wanitanya
meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan yang lebih besar untuk membayar
metode-metode yang lebih mahal serta memiliki lebih banyak suara dalam
mengambil keputusan. Juga di daerah yang wanitanya lebih dihargai, mungkin
hanya dapat sedikit pembatasan dalam memperoleh berbagai metode, misalnya
peraturan yang mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan KB dapat
diperoleh.
DAFTAR
PUSTAKA
http://shuryselaluuntukmu.blogspot.com/2010/09/keluarga-berencana.html
Bagus
ReplyDeleteterimakasih
ReplyDelete