Komunikasi Terapeutik pada Setiap Tingkatan Usia
Nama : Heni Subekti
NIM : P2.06.20.1.13.095
Tingkat 1C
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA SETIAP TINGKAT USIA
n
Komunikasi Pada Anak berdasarkan usia tumbuh
kembang.
Dalam melakukan
komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya
adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode dalam
berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan
komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses komunikasi
dengan anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.
2.Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5
tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia
3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata
yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia
tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa
dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada
dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini
anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996). Pada usia ini cara
berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi
pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan
yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab
harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap
mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas
saat komunikasi,memberikan mainan saat komunikasi dengan
maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak
sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari
konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non
verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan,
jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan
cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita
dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
3.Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
4.Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
2.2 Cara Komunikasi dengan Anak
komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan
denagan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil
berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam
penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. beberapa cara yang
dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain:
1. Melalui Orang Lain atau Pihak Ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan
melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping. Selain itu
dapat digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya
serta lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar.
3. Memfasilitasi
menfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak
atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam menfasilitasi kita harus
mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus
diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan
penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan
kesan yang jelek pada anak.
4. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan kepada anak.
5. Meminta untuk Menyebutkan Keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang didapatkan, dan
keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.
6. Pilihan Pro dan Kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada situasi yang
menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7. Penggunaan Skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan
sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain,
dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8. Menulis
Melalui ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih,
marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah
dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk
menulis.
9. Menggambar
Seperti halnya menulis, menggambarpun juga dapat digunakan untuk mengungkapkan
ekspresinya, perasaan jengkel marah biasanya dapat diungkapkan melalui gambar
dan anak akan mengungkapkannya apabila gambar yang ditulisnya ditanya tentang
maksudnya.
10. Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini
hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang disekitarnya dapat
terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
2.3 Tahapan dalam Komunikasi dengan Anak
Dalam melakukan komunikasi pada anak terdapat beberapa tahap yang harus
dilakukan sebelum mengadakan komunikasi secara langsung, tahapan ini sangat
meliputi tahap awal ( pra interaksi ), tahap perkenalan atau orientasi, tahap
kerja dan tahap terakhir yaitu tahap terminasi.
a. Tahap Prainteraksi
Pada tahap pra interaksi ini yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data
tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya kepada orang tua tentang
masalah atau latar belakang yang ada, mengeksplorasi perasaan, proses ini akan
mengurangi kekurangan dalam saat komunikasi dengan cara mengeksplorasikan
perasaan apa yang ada pada dirinya, membuat rencana pertemuan dengan klien,
proses ini ditunjukkan dengan kapan komunikasi akan dilakukan, dimana dan
rencana apa yang dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.
b. Tahap Perkenalan atau Orientasi
Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan senyum pada
klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotorik, afektif), mencari kebenaran
data yang ada dengan wawancara, mengobservasi atau pemeriksaan ang lain,
memperkenalkan nama kita denga tujuan agar selalu ada yang memperhatikan
terhadap kebutuhannnya, menanyakan nama panggilan kesukaan klien karena akan
mempermudah dalam berkomunikasi dan lebih dekat, menjelaskan tanggung jawab
perawat dan klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan,
menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan menjelaskan
kerahasiaan.
c. Tahap Kerja
Pada tahap ini kegiatan yang dapat kia lakukan adalah memberi kesempatan pada
klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang hal-hal yang
kurangdimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan
dengan cara yang baik dan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.
d. Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat kita lakukan
adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil,
memberikan re-inforcement positif, merencanakan tindak lanjut dengan klien,
melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik) dan mengakhiri wawancara dengan
cara yang baik.
Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan
dalam komunikasi terapeutik pada anak, seperti :
1. Mengabaikan keterangan anak
Saat melakukan
komunikasi pada anak seorang perawat hendaknya selalu mendengarkan segala keluh
kesah yang disampaikan anak, hindari sikap acuh tak acuh. Dengan demikian
diharapkan seorang perawat mampu mengetahui permasalahan yang sebenarnya
dialami oleh anak.
2. Besikap emosional
Dalam melakukan
komunikasi terapeutik pada anak bersikaplah tenang dan sabar dalam mendengarkan
segala keterangan yang disampaikan anak. Hindari bersikap emosional karena
seorang anak akan enggan untuk menyampaikan masalahnya.
3. Pembicaraan satu arah
Hindari pembicaraan
satu arah saat melakukan komunikasi terapeutik pada anak karena hal itu akan
menyebabkan anak menjadi pendiam, mintalah umpan balik atas apa yang
dibicarakan. Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk ikut berbicara, itu
akan membuat anak menjadi lebih terbuka kepada kita.
4. Hindari pertanyaan yang bertubi-tubi
Saat berkomunikasi pada
anak hindarilah pertanyaan yang bertubi- tubi karena hal itu akan membuat anak
menjadi bosan dan enggan untuk diajak berkomunikasi pada tahap selanjutnya.
Bila anak tidak menjawab pertanyaan yang diajukan, ulangilah dengan pertanyaan
lain sehingga mendapatkan respon.
5. Menyudutkan anak
Hindarilah sikap yang
dapat menyudutkan anak karena hal itu akan membuat anak kurang mendapatkan
kepercayaan. Terimalah kondisi anak apa adanya.
Apapun yang terjadi berusalah terus ada di pihak anak dengan selalu mendengarkan
segala keluh kesah anak sehingga ia menganggap kita sebagai temannya.
Comments
Post a Comment