iklan 2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ENZIM praktek biokimia

PENDAHULUAN

A.                Tinjauan Pustaka
1.      Pengertian Enzim
Enzim adalah protein yang dapat mempercepat reaksi metabolisme. Kerja enzim ini mirip dengan katalis, zat kimia yang mempercepat reaksi yang pada akhir reaksi akan diperoleh kembali dalam bentuk semula. Oleh karena itu, enzim disebut juga biokatalisator.
Enzim mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi (energi aktivasi) yang diperlukan untuk berlangsungnya reaksi tersebut. Tanpa adanya enzim, reaksi metabolisme yang terjadi dalam tubuh akan berlangsung sangat lama. Perhatikan gambar berikut.

Penjelasan Tentang Enzim
(a) Analogi energi aktivasi dan peran enzim terhadap energi aktivasi (b) Pengaruh enzim terhadap energi aktivasi.

Oleh karena enzim terbuat dari protein, setiap enzim memiliki bentuk tiga dimensi yang unik. Zat yang akan dikatalis oleh enzim disebut substrat. Substrat akan berikatan dengan enzim pada daerah yang disebut sisi aktif. Zat baru yang terbentuk dari hasil katalisasi enzim disebut pr0duk. Sisi aktif pada enzim hanya dapat berikatan dengan substrat tertentu. Oleh karena itu, enzim bekerja secara spesifik dan satu jenis enzim hanya akan terlibat dalam satu jenis reaksi saja. Berikut ini contoh reaksi yang dibantu enzim.

  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZQxngN6K6keVYQzqIEQ6bcr2BNtj6P5bHu9jFHOyvyxs1IprUHyFduDatS0rqoXX6nibiSnkHkLS4LRImoYLLp04Bo3isFT6jCvs9mhGIpf9UIRaiVu-ag8hIeO8MPwhSQ0l_BmDfrLQ/s1600/019.JPG

Penamaan enzim pada umumnya sesuai dengan nama substratnya dan diberi akhiran ase. Contohnya, enzim sukrase yang mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa seperti contoh di atas.

2.      Struktur Enzim
Suatu enzim (holoenzim) tersusun atas bagian protein dan bukan protein. Bagian protein disebut apoenzim, dan bagian non protein disebut kofaktor. Kofaktor dapat berupa ion logam (Cu, Mg, K, Fe, Na), atau koenzim yang berupa bahan organik, misalkan vitamin B (B1, B2).

3.      Sifat Enzim
Enzim memiliki beberapa sifat khas, di antaranya selektif, spesifik, efisien, sebagai biokatalisator, dan merupakan protein.
  • Selektif, Enzim bersifat selektif karena hanya dapat bekerja pada substrat tertentu. Namun, selain substratnya, enzim dapat juga berikatan dengan zat penghambat (inhibitor). Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan berikutnya.
  • Spesifik, Enzim bersifat spesifik karena enzim hanya dapat mengkatalisis reaksi tertentu. Satu jenis enzim hanya bekerja untuk satu jenis reaksi.
  • Efesien, Dengan adanya enzim yang bersifat sebagai katalis, energi aktivasi suatu reaksi dapat diturunkan. Hal tersebut memudahkan reaksi dan menghemat energi yang dibutuhkan untuk memulai reaksi.
  • Katalisator, Oleh karena enzim bersifat sebagai katalis, enzim tidak akan mengalami perubahan bentuk. Oleh karena itu, enzim dapat digunakanberkali-kali tanpa mengalami kerusakan.
  • Seperti Protein, Oleh karena enzim terbuat dari protein, enzim dipengaruhi oleh hal-hal yang berpengaruh terhadap protein. Enzim dapat dipengaruhi oleh suhu, pH, dan adanya logam berat, sehingga enzim dapat mengalami denaturasi (perubahan bentuk, struktur, dan sifat).

4.      Cara kerja Enzim
Terdapat dua teori yang menjelaskan cara kerja enzim. Teori lock and key (kunci dan anak kunci) yang dikemukakan oleh Emil Fischer, serta Teori induced fit (induksi pas) yang dikemukakan oleh Daniel Kashland.

a.       Teori Lock and Key
Menurut teori ini, cara kerja enzim mirip dengan mekanisme kunci dan anak kunci. Enzim diibaratkan sebagai kunci gembok yang memiliki sisi aktif. Substrat diibaratkan sebagai anak kuncinya.
Substrat memasuki sisi aktif enzim seperti anak kunci memasuki kunci gembok. Substrat tersebut, kemudian diubah menjadi produk. Produk ini kemudian dilepaskan dari sisi aktif dan enzim siap menerima substrat baru.

Ilustrasi kerja enzim menurut teori Lock and Key
Ilustrasi kerja enzim menurut teori Lock and Key

b.      Teori Indiced Fit
Berdasarkan Teori Induced Fit, enzim melakukan penyesuaian bentuk untuk berikatan dengan substrat. Hal ini bertujuan meningkatkan kecocokan dengan substrat dan membuat ikatan enzim substrat lebih reaktif.
Molekul enzim memiliki sisi aktif tempat melekatnya substrat dan terbentuklah molekul kompleks enzim-substrat. Pengikatan substrat menginduksi penyesuaian pada enzim yang meningkatkan kecocokan dan mendorong molekul kompleks enzim-substrat berada dalam keadaan yang lebih reaktif. Molekul enzim kembali ke bentuk semula setelah produk dihasilkan.

Ilustrasi kerja enzim menurut teori indiced fit
Ilustrasi kerja enzim menurut teori indiced fit

5.      Klasifikasi Enzim
                               Berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisis, enzim dapat dibagi menjadi enam golongan utama, yaitu :
1.      Oksidoreduktase : kelompok enzim yang mengerjakan reaksi oksidasi dan reduksi
2.      Transferase : kelompok enzim yang berperan dalam reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain
3.       Hidrolase : kelompok enzim yang berperan dalam reaksi hidrolisis
4.      Liase : kelompok enzim yang mengatalisis reaksi adisi atau pemecahan ikatan rangkap
5.       Isomerase : kelompok enzim yang mengatalisis perubahan konfirmasi molekul (isomerisasi)
6.      Ligase (sintetase) : kelompok enzim yang mengatalisis pembentukan ikatan kovalen.
7.      Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kerja enzim. Faktorfaktor tersebut erat kaitannya dengan sifat enzim sebagai protein. Faktorfaktor tersebut di antaranya suhu, derajat keasaman (pH), hasil akhir produk, konsentrasi enzim dan substrat, serta zat penghambat.

a.        Suhu
Enzim terbuat dari protein sehingga enzim dipengaruhi oleh suhu. Suhu memengaruhi gerak molekul. Pada suhu optimal, tumbukan antara enzim dan substrat terjadi pada kecepatan yang paling tinggi. Pada suhu jauh di atas suhu optimal menyebabkan enzim terdenaturasi, mengubah bentuk, struktur, dan fungsinya. Pada suhu jauh di bawah suhu optimal, misalnya pada 0°C, enzim tidak aktif.
Enzim pada manusia bekerja optimal pada 35–40°C. Mendekati suhu normal tubuh. Adapun bakteri yang hidup di air panas memiliki enzim yang bekerja optimal pada 70°C.
b.       Derajat keasaman (pH)
Seperti protein, enzim juga bekerja dipengaruhi oleh derajat keasaman lingkungan. Derajat keasaman optimal bagi kerja enzim umumnya mendekati pH netral, sekitar 6–8. Di luar rentang tersebut, kerja enzim dapat terganggu bahkan dapat terdenaturasi.
c.        Hasil akhir (produk)
Jika sel menghasilkan produk lebih banyak daripada yang dibutuhkan, produk yang berlebih tersebut dapat menghambat kerja enzim. Hal ini dikenal dengan feedback inhibitor. Jika produk yang berlebih habis digunakan, kerja enzim akan kembali normal. Mekanisme ini sangat penting dalam proses metabolisme, yaitu mencegah sel menghabiskan sumber molekul yang berguna menjadi produk yang tidak dibutuhkan.

pembentukan isoleusin dari treonin
Peristiwa feedback inhibitor pada pembentukan isoleusin dari treonin

d.       Konsentrasi enzim
Pada rekasi dengan konsentrasi enzim yang jauh lebih sedikit daripada substrat, penambahan enzim akan meningkatkan laju reaksi. Peningkatan laju reaksi ini terjadi secara linier. Akan tetapi, jika konsentrasi enzim dan substrat sudah seimbang, laju reaksi akan relatif konstan.
e.       Konsenstrasi substrat
Penambahan konsentrsi substrat pada reaksi yang dikatalisis oleh enzim awalnya akan meningkatkan laju reaksi. Akan tetapi, setelah konsentrasi substrat dinaikkan lebih lanjut, laju reaksi akan mencapai titik jenuh dan tidak bertambah lagi. Setelah mencapai titik jenuh, penambahan kembali konsentrasi substrat tidak berpengaruh terhadap laju reaksi.
Grafik pengaruh konsentrasi substrat terhadap laju reaksi
Grafik pengaruh konsentrasi substrat terhadap laju reaksi

Pada keadaan laju reaksi jenuh oleh konsentrasi substrat, penambahan konsentrasi enzim dapat meningkatkan laju reaksi. Peningkatan laju reaksi oleh peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan laju reaksi hingga terbentuk titik jenuh baru.
f.        Zat Penghambat
Kerja enzim dapat dihambat oleh zat penghambat atau inhibitor. Terdapat dua jenis inhibitor, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.
g.       Inhibitor kompetitif
Inhibitor kompetitif menghambat kerja enzim dengan cara berikatan dengan enzim pada sisi aktifnya. Oleh karena itu, inhibitor ini bersaing dengan substrat menempati sisi aktif enzim. Hal ini terjadi karena inhibitor memiliki struktur yang mirip dengan substrat. Enzim yang telah berikatan dengan inhibitor tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai biokatalisator.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicaWkcbeKsRLvc0tY5QqKR-emU6_TN-9s0_gjYxJyGKY4RnkF2BOeVjvG3QlKRgJ79JOfzia_0cVatBE8VdC8lkJ7MMolrKHUHUq4ifCQvmYX82YnZMaowG6wnDLBHToAa9mbawLlxh4w/s320/024.JPG
Cara inhibitor mengganggu pengikatan substrat enzim. (a) Kerja enzim normal, (b) inhibitor kompetitif, dan (c) inhibitor nonkompetitif

8. Inhibitor nonkompetitif
Berbeda dengan inhibitor kompetitif, inhibitor nonkompetitif tidak bersaing dengan substrat untuk berikatan dengan enzim. Inhibitor jenis ini akan berikatan dengan enzim pada sisi yang berbeda (bukan sisi aktif). Jika telah terjadi ikatan enzim-inhibitor, sisi aktif enzim akan berubah sehingga substrat tidak dapat berikatan dengan enzim. Banyak ion logam berat bekerja sebagai inhibitor nonkompetitif, misalnya Ag+, Hg2+, dan Pb2+.

B.                 Tujuan Praktikum
1.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim
2.      Membuktikan adanya enzim dalam suatu bahan
3.      Mengetahui aktivitas enzim dalam mengkatalisis
4.       Mengetahui sifat dan susunan ampedu























PEMBAHASAN

I.                   Percobaan pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
II.                Hari, Tanggal Percobaan : Rabu, 21 Mei 2014 Pukul 14.00 – 17.00 WIB
III.             Tujuan : Mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan suatu substrat (amilum)
IV.             Dasar Teori
Pada konsentrasi substrat tertentu, bertambahnya konsentrasi enzim secara bertingkat akan menaikan kecepatan reaksi enzimatis. Dengan kata lain, semakin besar volume atau konsentrasi enzim, semakin tinggi pula aktivitas enzim dalam memecah substrat yang di katalisis. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan warna yang terjadi melalui uji iodium atau adanya endapan yang terbentuk melalui Benedict.
Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Makin besar konsentrasi enzim, reaksi makin cepat( Hafiz Soewoto,2000) .
Semakin  besar konsentrasi enzim maka makin banyak pula produk yang terbentuk dalam tiap waktu pengamatan. Dari pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan enzim. Dengan bertambahnya waktu, pada tiap konsentrasi enzim pertambahan jumlah produk akan menunjukkan defleksi, tidak lagi berbanding lurus sejalan dengan berlalunya waktu tersebut. Fenomena itu tentu mudah dimaklumi, karena setelah selang beberapa waktu, jumlah substrat yang tersedia sudah mulai berkurang, sehingga dengan sendirinya produk olahan enzim juga akan berkurang. Akan tetapi pada gambar 1 tampak pula dengan jelas, bahwa defleksi tersebut makin jelas dengan makin tingginya konsentrasi enzim. Sebaliknya, pada konsentrasi enzim yang rendah, dalam jangka waktu pengamatan yang sama hubungan waktu dengan jumlah produk yang dihasilkan masih berbanding lurus.
Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi enzim ternyata berbanding lurus. Jadi, makin besar konsentrasi enzim, maka makin cepat laju reaksi.
Kadang-kadang terjadi penyimpangan dari persamaan ini, sehingga diperoleh garis agak melengkung. Biasanya, penyimpangan ini terjadi jika enzim yang dipelajari tidak dalam keadaan murni, sehingga mungkin terdapat senyawa-senyawa penghambat reaksi dalam jumlah yang sangat kecil. Sebaliknya, penyimpangan juga terdapat dalam sediaan enzim dengan kemurniaan yang tinggi. Dalam keadaan ini, penyimpangan disebabkan oleh senyawa pengaktif (aktivator), misalnya tidak adanya ion tertentu, meskipun pH yang diperlukan sudah dipastikan dengan menggunakan larutan dapar dan tidak hanya sekedar larutan dengan pH yang diperlukan tersebut ( Mohamad Sadikin, 2002 ).

V.                Bahan dan Alat
1.                   Larutan amilum 20%
2.                   Enzyme amylase
3.                   Larutan iodium
4.                   Pereaksi Benedict
5.                   Tabung reaksi
6.                   Pipet ukur
7.                   Alat pemanas
8.                   Gelas kimia
VI.             Prosedur
1.                  Menyediakan 3 tabung reaksi yang bersih, kemudian mengisi tabung 1,2 dan 3 berturut-turut dengan enzim amylase 0,5 ; 1,0 dan 1,5 mL.
2.                   Ke dalam setiap tabung menambahkan 2 mL larutan amilum.
3.                  Mencampurkan sampai homogen, kemudian membiarkan selama 15 menit.
4.                  Selanjutnya, menguji dengan larutan iodium dan pereaksi Benedict.
5.                   Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi

VII.          Hasil Pengamatan
No Tabung
Konsentrasi
Substrat (mL)
Konsentrasi
Enzim (mL)
Perubahan Warna
Uji iodium
Uji Benedict
1
2
0,5
Hijau kekuningan(+)
Hijau kekuningan(+)
2
2
1,0
Hijau kecoklatan(++)
Hijau(++)
3
2
1,5
Hijau kehitaman(+++)
Hijau tua(+++)

Gb. dengan uji Benedict

VIII.       Kesimpulan :
Konsentrasi enzim mempengaruhi kecepatan aktifitas enzim. Secara teori Semakin besar kandungan enzim maka kecepatan menghidrolisis pati juga makin tinggi, makin kecil kandungan enzim maka kecepatan menghidrolisis pati juga makin rendah. Dari hasil percobaan kami tidak dapat membuktikan bahwa konsentrasi mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik. Kurva yang berbeda pada hasil percobaan dikarenakan adanya kesalahan dalam prosedur kerja yaitu ketidaktelitian dalam  pengujian dengan Benedict






I.                   Percobaan pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim.
II.                Hari, Tanggal Percobaan : Rabu, 21 Mei 2014 Pukul 14.00 – 17.00 WIB
III.             Tujuan : Mengetahui pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim
IV.             Dasar Teori
Pada konsentrasi enzim yang tetap, penambahan konsentrasi substrat akan menaikan kecepatan reaksi enzimatis sampai mencapai kecepatan maksimum yang tetap. Penambahan substrat setelah kecepatan maksimum tidak berpengaruh lagi, sebab telah melampaui titik jenuh enzim.
Pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar, sedangkan kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu batas kecepatan maksimum (V). Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan substrat.
Dalam suatu reaksi enzimatik, enzim akan mengikat substrat membentuk kompleks enzim-substrat [ES], kemudian kompleks ini akan terurai menjadi [E] dan produk [P]. Makin banyak kompleks [ES] terbentuk, makin cepat reaksi berlangsung sampai batas kejenuhan [ES]. Pada konsentrasi substrat [S] melampaui batas kejenuhan kecepatan reaksi akan konstan. Dalam keadaan itu seluruh enzim sudah berada dalam bentuk kompleks E-S. Penambahan jumlah substrat tidak menambah jumlah kompleks E-S.

V.                Bahan dan Alat
1.                   Larutan amilum 20%
2.                   Enzim amylase
3.                   Larutan iodium
4.                   Pereaksi Benedict
5.                   Tabung reaksi
6.                   Pipet ukur
7.                   Alat pemanas
8.                   Gelas kimia

VI.             Prosedur
1.                  Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, kemudian mengisi tabung 1,2,3,dan 4 berturut-turut dengan larutan amilum 1,2,4, dan 6 mL.
2.                   Ke dalam setiap tabung, menambahkan 1 mL enzim amylase .
3.                  Mencampurkan sampai homogen, kemudian mendiamkan selama 15 menit
4.                   Selanjutnya, menguji dengan larutan iodium dan pereaksi Benedict
5.                   Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi

VII.          Hasil Pengamatan
No Tabung
Konsentrasi
Substrat (mL)
Konsentrasi
Enzim (mL)
Perubahan Warna
Uji iodium
Uji Benedict
1
1
1
Kuning
Biru muda
2
2
1
Hijau kekuningan
Biru
3
4
1
Abu kehitaman
Hijau bening
4
6
1
Abu keunguan
Hijau kekuningan keruh








g

a.            Dengan penguji Benedict












Gb. dengan penguji Benedict

            Gb. dengan penguji Iodium

VIII.       Kesimpulan
Jumlah atau konsentrasi substrat berpengaruh terhadap mekanisme kerja enzim. Kerja enzim berlangsung lambat apabila jumlah substratnya sedikit. Sebaliknya, jika jumlah substratnya banyak, maka akan semakin cepat kerja suatu enzim tersebut.


















DAFTAR PUSTAKA



Comments

Activities